Senin, 24 Maret 2014

Pernikahan Adat Banjarnegara


RANGKAIAN ADAT PERKEMBANGAN PERKAWINAN
DARI PERSIAPAN, LAMARAN SAMPAI DENGAN AKAD NIKAH
DI DAERAH BANJARNEGARA

1.      Pengertian Perkawinan
Perkawinan atau pernikahan atau Munakahat berarti akad menghalalkan pergaulan, memberi hak dan kewajiban serta tolong-menolong antara seorang pria dan wanita yang bukan muhrim menuju rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warohmah.
2.      Pembagian Periode
Rangkaian adat pernikahan di daerah Banjarnegara :
a.       Periode 1990-2000
b.      Periode 2000-sekarang

3.      Tahap-Tahap Perkawinan
Dalam setiap periode di rangkaian adat pernikahan di daerah Banjarnegara tersebut terdapat beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
a.       Tahap Persiapan
b.      Tahap Lamaran
c.       Tahap Akad Nikah

4.      Penjelasan
Penjelasan rangkaian adat pernikahan di daerah Banjarnegara :
a.       Periode 1990-2000
1)      Tahap Persiapan
Kedua pihak keluarga biasanya hanya mengadakan pertemuan yang membicarakan tentang acara lamaran dan akad nikah.
2)      Tahap Lamaran
Lamaran dalam Bahasa Jawa disebut dengan ‘Nginangi’ atau Pinangan. Yaitu acara dimana pihak pria bersama dengan keluarga besarnya mendatangi kediaman pihak wanita dengan membawa ‘Kinangan’ (daun sirih yang berjumlah banyak) dan ‘Panggang’ (daging ayam panggang). Daun sirih yang banyak itu akan dibagikan oleh calon mempelai wanita pada keluarganya, tetangga dan teman-temannya, sebagai tanda bahwa dirinya telah dipinang (dilamar) oleh seorang pria.
Setelah acara Pinangan, kedua keluarga dari masing-masing pihak akan mengadakan pertemuan untuk membicarakan tentang akad nikah tersebut.
Biasanya, kira-kira lima hari atau seminggu sebelum akad nikah dilaksanakan, akan diadakan acara ‘Kabrukan’, yaitu acara dimana pihak pria dan keluarga besarnya kembali mendatangi kediaman pihak wanita dengan membawa segala keperluan yang nantinya akan dibutuhkan untuk akad nikah. Mulai dari pakaian lengkap (kain, kebaya, termasuk alas kaki), bahan makanan (beras, sayuran, ternak, bumbu-bumbu),  perhiasan, dan lainnya (kelapa ± 50 butir dan kayu bakar).
3)      Tahap Akad Nikah
Akad nikah pada periode 1990-2000 masih mengikuti adat Jawa. Kebanyakan mereka yang mempunyai hajat akan mengadakan akad nikah sesuai dengan adat Jawa.
Berikut akad nikah pada periode 1990-2000 :
a)      Siraman
b)      Malam Midodareni
c)      Ijab Qobul
d)      Jejer
Siraman merupakan salah satu rangkaian dalam akad nikah dalam adat Jawa dimana kedua calon mempelai melaksanakan proses pemandian dengan menggunakan air yang disebut dengan ‘Air Kembang Setaman’ (bunga-bunga). Dalam proses tersebut kedua calon mempelai dimandikan oleh ‘Dukun Penganten’ (Perias Pengantin) dan kedua orang tua masing-masing calon mempelai.
Malam Midodareni yaitu malam sebelum akad nikah dilaksanakan esok harinya yang dilaksanakan setelah proses Siraman selesai. Kedua calon mempelai dirias setampan dan secantik mungkin oleh ‘Dukun Penganten’ dengan mengenakan baju adat Jawa. Keduanya dirias untuk menyambut tamu undangan yang datang.
Ijab Qobul ialah perjanjian yang berupa perkatan penyerahan dari pihak wanita (Ijab) dan ucapan penerimaan dari mempelai pria (Qobul). Pengucapan Ijab Qobul biasanya dilaksanakan di KUA (Kantor Urusan Agama), di masjid, di kediaman mempelai wanita atau di tempat lainnya yang sesuai. Ijab Qobul sangatlah penting karena merupakan penghalalan pergaulan dari kedua belah pihak.
Jejer atau Resepsi yaitu rangkaian acara yang biasanya dilaksanakan sebagai akhir dari seluruh rangkaian acara dalam akad nikah di daerah Banjarnegara. Ada beberapa acara dalam Jejer, yaitu sebagai berikut :
·         ‘Manggih Penganten’ atau Temu Pengantin
Sebelumnya, mempelai wanita dirias di kediamanya bersama-sama dengan dua Putri Pengipasnya. Di saat yang sama, mempelai pria juga dirias di tempat yang terpisah beserta dengan ‘Manggala Yudha’ (Pengiring Mempelai Pria) yang berjumlah dua orang. Selain Putri Pengipas dan ‘Manggala Yudha’ juga ada empat orang Putri Dhomas.
Setelah itu, aka nada iring-iringan mempelai pria, ‘Manggala Yudha’ dan Putri Dhomas yang berjalan menuju kediama mempelai wanita dimana disana akan diadakan acara-acara adat nikah Jawa lainnya. Dan di halaman depan kediaman mempelai wanita itulah acara ‘Manggih Penganten’ atau Temu Pengantin dilaksanakan yaitu dipertemukannya kedua mempelai.
·         ‘Balang Suruh’ atau Melempar Sirih
Ketika kedua mempelai dipertemukan dan saling berhadapan di halaman depan kediaman mempelai wanita, keduanya juga akan saling melempar sirih yang dibawa oleh mesing-mesing mempelai dari tempat keduanya dirias tadi.
Selanjutnya ada acara Menginjak Telur. Sang ‘Dukun Penganten’ meletakan sebutir telur di layah (cobek yang terbuat dari tanah liat). Selain telur di layah tersebut juga ada beras kuning. Kedua mempelai menginjak telur itu bersama-sama. Setelah itu mempelai wanita akan membersihkan kaki mempelai pria. (Maksud dari acara Menginjak Telur adalah tentang seorang istri yang nantinya akan selalu berbakti dan menurut pada suaminya).
·         ‘Jejer’ atau Duduk di Pelaminan
Kedua mempelai berjalan beriringan menuju kursi pelaminan setelah sebelumnya disampiri selendang oleh ayah dari mempelai wanita. Setelah itu, keduanya duduk bersebalahan di kursi pelaminan dengan diapit oleh dua Putri Pengipas dan kedua orang tua masing-masing mempelai.
·         ‘Sungkeman’
Kedua mempelai secara bergantian akan berjongkok di hadapan kedua orang tua mempelai pria dan wanita sambil mencium tangannya. (Maksud dari acara Sungkeman adalah untuk menunjukkan tanda bakti anak pada orang tuanya).
·         ‘Kacar-Kucur’
Mempelai pria akan menumpahkan sebuah bungkusan ke pangkuan mempelai wanita yang selanjutnya untuk diserahkan pada ibu dari mempelai wanita.
·         ‘Timbangan’
Kedua mempelai masing-masing duduk di pangkuan ayah dari mempelai wanita. (Maksud dari acara Sungkeman adalah nantinya ayah dari mempelai wanita tidak akan membeda-bedakan antara putri kandungnya dengan menantu prianya yang akan dianggapnya seperti anak kandungnya sendiri).
Setelah enam acara adat nikah Jawa tersebut, biasanya akan dilanjutkan dengan acara Sambutan dari masing-masing pihak mempelai yang isinya nasihat-nasihat atau petuah untuk kedua mempelai dalam membangun rumah tanggannya nantinya. Setelah itu akan dilanjutkan dengan acara Doa Penutup dan diakhiri dengan acara Jabat Tangan para tamu undangan pada kedua mempelai.
b.      Periode 2000-sekarang
1)      Tahap Persiapan
Sama seperti persiapan dalam perkawinan pada periode 1990-2000, kedua pihak keluarga biasanya hanya mengadakan pertemuan yang membicarakan tentang acara lamaran dan akad nikah di kemudian hari.
2)      Tahap Lamaran
Acara lamaran biasanya hanya dengan mempertemukan kedua calon mempelai dan diadakan acara tukar cincin antar kedua mempelai. Pihak pria hanya datang beserta kedua orang tuanya dan anggota keluarga lainnya yang dianggap penting dalam akad nikah nantinya. Jadi, tidak semua keluarga besar diajak dalam acara lamaran tersebut seperti dalam perkawinan pada periode 1990-2000. 
3)      Tahap Akad Nikah
Akad nikah pada periode ini ada yang masih mengikuti adat Jawa, ada juga yang sudah tidak mengikuti adat Jawa dan malah beralih ke arah perkawinan modern. Untuk yang masih mengikuti adat Jawa, berikut urutan-urutan akad nikahnya :
a)      Siraman
b)      Malam Midodareni
c)      Ijab Qobul
d)      Jejer
Siraman dalam perkawinan periode ini masih sama dengan acara siraman dalam perkawinan pada periode 1990-2000.  Kedua calon mempelai dimandikan oleh sang ‘Dukun Penganten’ dan kedua orang tua masing-masing calon mempelai.
Dalam adat Malam Midodareni kedua calon mempelai dirias setampan dan secantik mungkin oleh ‘Dukun Penganten’ dengan mengenakan baju adat Jawa. Keduanya dirias untuk menyambut tamu undangan yang datang.
Ijab Qobul dalam perkawinan periode ini biasanya dilaksanakan bersamaan saat Jejer atau resepsi sehingga para tamu undangan bisa ikut menyaksikannya.
Jejer atau Resepsi yaitu rangkaian acara akhir dari seluruh rangkaian acara dalam akad nikah. Biasanya dalam pernikahan pada periode ini tidak lagi ada serangkaian acara yang sesuai dengan adat Jawa dari ‘Manggih Penganten’, ‘Balang Suruh’, ‘Jejer’, ‘Sungkeman’ , ‘Kacar-Kucur’, sampai ‘Timbangan’ . Perkawinan periode ini hanya saling mempertemukan kedua mempelai yang sudah dirias serta menujukkan keduanya pada seluruh keluarga besar dan para tamu undangan yang hadir.
Sama seperti perkawinan pada periode 1990-2000, setelah kedua mempelai saling dipertemukan, biasanya akan dilanjutkan dengan acara Sambutan dari masing-masing pihak mempelai yang isinya nasihat atau petuah untuk kedua mempelai dalam membangun rumah tanggannya nantinya. Dilanjutkan dengan acara Doa Penutup dan foto-foto bersama antara kedua mempelai dengan anggota keluarga lainnya, diakhiri dengan Jabat Tangan para tamu undangan pada kedua mempelai.

5.      Kesimpulan
Dengan semakin majunya teknologi dan peradaban, maka semakin ditinggalkan pula adat perkawinan yang sesuai dengan adat Jawa. Beberapa tahun terakhir banyak sekali acara perkawinan yang dilaksanakan tidak dengan melibatkan adat Jawa.

 
Disusun oleh…
Nama               : YEFIE VIRGIANA
NIM                 : 1601410030
Jurusan            : PG-PAUD, S1
Sumber : dari berbagai sumber
Ibu tercinta yang sudah dengan panjang lebar kali tinggi menceritakan kisah cintanya di Banjarnegara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar