RANGKAIAN
ADAT PERKEMBANGAN PERKAWINAN
DARI
PERSIAPAN, LAMARAN SAMPAI DENGAN AKAD NIKAH
DI
DAERAH BANJARNEGARA
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan atau
pernikahan atau Munakahat berarti akad menghalalkan pergaulan, memberi hak dan
kewajiban serta tolong-menolong antara seorang pria dan wanita yang bukan
muhrim menuju rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warohmah.
2. Pembagian Periode
Rangkaian
adat pernikahan di daerah Banjarnegara :
a.
Periode
1990-2000
b.
Periode
2000-sekarang
3. Tahap-Tahap Perkawinan
Dalam setiap periode di rangkaian
adat pernikahan di daerah Banjarnegara tersebut terdapat beberapa tahap, yaitu
sebagai berikut :
a.
Tahap
Persiapan
b.
Tahap
Lamaran
c.
Tahap
Akad Nikah
4. Penjelasan
Penjelasan
rangkaian adat pernikahan di daerah Banjarnegara :
a.
Periode
1990-2000
1)
Tahap
Persiapan
Kedua
pihak keluarga biasanya hanya mengadakan pertemuan yang membicarakan tentang
acara lamaran dan akad nikah.
2)
Tahap
Lamaran
Lamaran
dalam Bahasa Jawa disebut dengan ‘Nginangi’
atau Pinangan. Yaitu acara dimana pihak pria bersama dengan keluarga besarnya
mendatangi kediaman pihak wanita dengan membawa ‘Kinangan’ (daun sirih yang berjumlah banyak) dan ‘Panggang’ (daging ayam panggang). Daun
sirih yang banyak itu akan dibagikan oleh calon mempelai wanita pada
keluarganya, tetangga dan teman-temannya, sebagai tanda bahwa dirinya telah
dipinang (dilamar) oleh seorang pria.
Setelah
acara Pinangan, kedua keluarga dari masing-masing pihak akan mengadakan
pertemuan untuk membicarakan tentang akad nikah tersebut.
Biasanya,
kira-kira lima hari atau seminggu sebelum akad nikah dilaksanakan, akan
diadakan acara ‘Kabrukan’, yaitu
acara dimana pihak pria dan keluarga besarnya kembali mendatangi kediaman pihak
wanita dengan membawa segala keperluan yang nantinya akan dibutuhkan untuk akad
nikah. Mulai dari pakaian lengkap (kain, kebaya, termasuk alas kaki), bahan
makanan (beras, sayuran, ternak, bumbu-bumbu),
perhiasan, dan lainnya (kelapa ± 50 butir dan kayu bakar).
3)
Tahap
Akad Nikah
Akad
nikah pada periode 1990-2000 masih mengikuti adat Jawa. Kebanyakan mereka yang
mempunyai hajat akan mengadakan akad nikah sesuai dengan adat Jawa.
Berikut
akad nikah pada periode 1990-2000 :
a)
Siraman
b)
Malam
Midodareni
c)
Ijab
Qobul
d)
Jejer
Siraman merupakan salah satu rangkaian
dalam akad nikah dalam adat Jawa dimana kedua calon mempelai melaksanakan
proses pemandian dengan menggunakan air yang disebut dengan ‘Air Kembang Setaman’ (bunga-bunga).
Dalam proses tersebut kedua calon mempelai dimandikan oleh ‘Dukun Penganten’ (Perias Pengantin) dan kedua orang tua
masing-masing calon mempelai.
Malam
Midodareni yaitu
malam sebelum akad nikah dilaksanakan esok harinya yang dilaksanakan setelah
proses Siraman selesai. Kedua calon mempelai dirias setampan dan secantik
mungkin oleh ‘Dukun Penganten’ dengan
mengenakan baju adat Jawa. Keduanya dirias untuk menyambut tamu undangan yang
datang.
Ijab
Qobul ialah
perjanjian yang berupa perkatan penyerahan dari pihak wanita (Ijab) dan ucapan
penerimaan dari mempelai pria (Qobul). Pengucapan Ijab Qobul biasanya
dilaksanakan di KUA (Kantor Urusan Agama), di masjid, di kediaman mempelai
wanita atau di tempat lainnya yang sesuai. Ijab Qobul sangatlah penting karena
merupakan penghalalan pergaulan dari kedua belah pihak.
Jejer atau Resepsi yaitu rangkaian
acara yang biasanya dilaksanakan sebagai akhir dari seluruh rangkaian acara
dalam akad nikah di daerah Banjarnegara. Ada beberapa acara dalam Jejer, yaitu
sebagai berikut :
·
‘Manggih Penganten’ atau Temu Pengantin
Sebelumnya,
mempelai wanita dirias di kediamanya bersama-sama dengan dua Putri Pengipasnya.
Di saat yang sama, mempelai pria juga dirias di tempat yang terpisah beserta
dengan ‘Manggala Yudha’ (Pengiring
Mempelai Pria) yang berjumlah dua orang. Selain Putri Pengipas dan ‘Manggala Yudha’ juga ada empat orang
Putri Dhomas.
Setelah
itu, aka nada iring-iringan mempelai pria, ‘Manggala
Yudha’ dan Putri Dhomas yang berjalan menuju kediama mempelai wanita dimana
disana akan diadakan acara-acara adat nikah Jawa lainnya. Dan di halaman depan
kediaman mempelai wanita itulah acara ‘Manggih
Penganten’ atau Temu Pengantin dilaksanakan yaitu dipertemukannya kedua
mempelai.
·
‘Balang Suruh’ atau Melempar Sirih
Ketika
kedua mempelai dipertemukan dan saling berhadapan di halaman depan kediaman
mempelai wanita, keduanya juga akan saling melempar sirih yang dibawa oleh
mesing-mesing mempelai dari tempat keduanya dirias tadi.
Selanjutnya
ada acara Menginjak Telur. Sang ‘Dukun
Penganten’ meletakan sebutir telur di layah (cobek yang terbuat dari tanah
liat). Selain telur di layah tersebut juga ada beras kuning. Kedua mempelai
menginjak telur itu bersama-sama. Setelah itu mempelai wanita akan membersihkan
kaki mempelai pria. (Maksud dari acara Menginjak Telur adalah tentang seorang istri
yang nantinya akan selalu berbakti dan menurut pada suaminya).
·
‘Jejer’ atau Duduk di Pelaminan
Kedua
mempelai berjalan beriringan menuju kursi pelaminan setelah sebelumnya
disampiri selendang oleh ayah dari mempelai wanita. Setelah itu, keduanya duduk
bersebalahan di kursi pelaminan dengan diapit oleh dua Putri Pengipas dan kedua
orang tua masing-masing mempelai.
·
‘Sungkeman’
Kedua
mempelai secara bergantian akan berjongkok di hadapan kedua orang tua mempelai
pria dan wanita sambil mencium tangannya. (Maksud dari acara Sungkeman adalah
untuk menunjukkan tanda bakti anak pada orang tuanya).
·
‘Kacar-Kucur’
Mempelai
pria akan menumpahkan sebuah bungkusan ke pangkuan mempelai wanita yang
selanjutnya untuk diserahkan pada ibu dari mempelai wanita.
·
‘Timbangan’
Kedua
mempelai masing-masing duduk di pangkuan ayah dari mempelai wanita. (Maksud
dari acara Sungkeman adalah nantinya ayah dari mempelai wanita tidak akan
membeda-bedakan antara putri kandungnya dengan menantu prianya yang akan
dianggapnya seperti anak kandungnya sendiri).
Setelah enam acara
adat nikah Jawa tersebut, biasanya akan dilanjutkan dengan acara Sambutan dari
masing-masing pihak mempelai yang isinya nasihat-nasihat atau petuah untuk
kedua mempelai dalam membangun rumah tanggannya nantinya. Setelah itu akan
dilanjutkan dengan acara Doa Penutup dan diakhiri dengan acara Jabat Tangan
para tamu undangan pada kedua mempelai.
b.
Periode
2000-sekarang
1)
Tahap
Persiapan
Sama
seperti persiapan dalam perkawinan pada periode 1990-2000, kedua pihak keluarga
biasanya hanya mengadakan pertemuan yang membicarakan tentang acara lamaran dan
akad nikah di kemudian hari.
2)
Tahap
Lamaran
Acara
lamaran biasanya hanya dengan mempertemukan kedua calon mempelai dan diadakan
acara tukar cincin antar kedua mempelai. Pihak pria hanya datang beserta kedua
orang tuanya dan anggota keluarga lainnya yang dianggap penting dalam akad
nikah nantinya. Jadi, tidak semua keluarga besar diajak dalam acara lamaran
tersebut seperti dalam perkawinan pada periode 1990-2000.
3)
Tahap
Akad Nikah
Akad
nikah pada periode ini ada yang masih mengikuti adat Jawa, ada juga yang sudah tidak
mengikuti adat Jawa dan malah beralih ke arah perkawinan modern. Untuk yang
masih mengikuti adat Jawa, berikut urutan-urutan akad nikahnya :
a)
Siraman
b)
Malam
Midodareni
c)
Ijab
Qobul
d)
Jejer
Siraman dalam perkawinan periode ini
masih sama dengan acara siraman dalam perkawinan pada periode 1990-2000. Kedua calon mempelai dimandikan oleh sang ‘Dukun Penganten’ dan kedua orang tua
masing-masing calon mempelai.
Dalam adat Malam Midodareni kedua calon mempelai
dirias setampan dan secantik mungkin oleh ‘Dukun
Penganten’ dengan mengenakan baju adat Jawa. Keduanya dirias untuk
menyambut tamu undangan yang datang.
Ijab Qobul dalam perkawinan periode ini
biasanya dilaksanakan bersamaan saat Jejer atau resepsi sehingga para tamu
undangan bisa ikut menyaksikannya.
Jejer atau Resepsi yaitu rangkaian
acara akhir dari seluruh rangkaian acara dalam akad nikah. Biasanya dalam
pernikahan pada periode ini tidak lagi ada serangkaian acara yang sesuai dengan
adat Jawa dari ‘Manggih Penganten’, ‘Balang Suruh’, ‘Jejer’, ‘Sungkeman’ , ‘Kacar-Kucur’, sampai ‘Timbangan’ . Perkawinan periode ini
hanya saling mempertemukan kedua mempelai yang sudah dirias serta menujukkan
keduanya pada seluruh keluarga besar dan para tamu undangan yang hadir.
Sama
seperti perkawinan pada periode 1990-2000, setelah kedua mempelai saling dipertemukan,
biasanya akan dilanjutkan dengan acara Sambutan dari masing-masing pihak
mempelai yang isinya nasihat atau petuah untuk kedua mempelai dalam membangun
rumah tanggannya nantinya. Dilanjutkan dengan acara Doa Penutup dan foto-foto
bersama antara kedua mempelai dengan anggota keluarga lainnya, diakhiri dengan
Jabat Tangan para tamu undangan pada kedua mempelai.
5.
Kesimpulan
Dengan semakin majunya teknologi
dan peradaban, maka semakin ditinggalkan pula adat perkawinan yang sesuai
dengan adat Jawa. Beberapa tahun terakhir banyak sekali acara perkawinan yang
dilaksanakan tidak dengan melibatkan adat Jawa.
Disusun oleh…
Nama : YEFIE VIRGIANA
NIM : 1601410030
Jurusan : PG-PAUD, S1Sumber : dari berbagai sumber
Ibu tercinta yang sudah dengan panjang lebar kali tinggi menceritakan kisah cintanya di Banjarnegara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar